KELEDAI
Al-kisah, disebuah desa
terpencil hiduplah seorang ayah yang sudah cukup tua bersama anak lelakinya
yang masih remaja, Mereka hidup sederhana, Mereka hanya memiliki tempat tinggal
dan perabotan rumah seadanya, serta seekor keledai yang sudah cukup umur yang
telah lama mereka pelihara. Karena himpitan ekonomi, Suatu hari sang Ayah
berniat untuk menjual keledai tersebut kepasar, jarak antara pasar dengan desa
tersebut cukup jauh serta tidak ada alat transportasi sama sekali, Oleh karenanya,
untuk sampai kepasar mereka harus menempuhnya dengan berjalan kaki, saat hari
masih pagi-pagi sekali, Berngkatlah sang ayah bersama anaknya kepasar dengan
tujuan menjual keledai tersebut.
Sang ayah mengikat kedua pasang kaki
keledai tersebut, kemudian menggotongnya bersama anak remajanya dengen pikulan
kayu, dengan tujuan agar ketika sampai dipasar keledai tersebut masih kelihatan
segar.
Ketika diperjalanan bertemulah
mereka dengan seorang kakek tua yang hendak pergi kesawah,
Dengan nada mengejek orang tua tersebuta berkata: “Betapa bodohnya kalian! Sepertinya keledai ini lebih pintar dari kalian! Masak keledai sehat begini kalian pikul, bikin capek saja, bukankah seharusnya kalian menungganginya” katanya sambil tertawa.
Dengan nada mengejek orang tua tersebuta berkata: “Betapa bodohnya kalian! Sepertinya keledai ini lebih pintar dari kalian! Masak keledai sehat begini kalian pikul, bikin capek saja, bukankah seharusnya kalian menungganginya” katanya sambil tertawa.
Karna ejekan orang tua tersebut
Sang ayah kemudian melepas kedua ikatan kaki keledai itu dan memerintahkan
anaknya untuk menungganginya sementara Ia berjalan kaki.
Tak lama kemudian, mereka bertemu lagi
dengan seorang pria paruh baya yang hendak pergi memancing,
Pria tersebut berkata dengan ketus sambil melototi remaja yang menunggangi keledai: “Anak macam apa kau ini! Enak saja kau menunggangi keledai sementara ayahmu yang sudah tua ini kau suruh berjalan kaki, Dasar anak tak tahu di untung!” pungkasnya seraya berlalu.
Pria tersebut berkata dengan ketus sambil melototi remaja yang menunggangi keledai: “Anak macam apa kau ini! Enak saja kau menunggangi keledai sementara ayahmu yang sudah tua ini kau suruh berjalan kaki, Dasar anak tak tahu di untung!” pungkasnya seraya berlalu.
Remaja itupun mengerti, ia lalu
turun dari keledai tersebut dan mempersilahkan ayahnya untuk menungganginya,
kemudian merekapun melanjutkan perjalanan,
Kemudian mereka bertemu lagi, kali
ini dengan tiga orang gadis yang hendak mencuci kesungai.
Gadis yang pertama menyindir: “Kasihan sekali anak ini, dia pasti kelelahan berjalan kaki, sementara Ayahnya enak-enakan menunggang keledai sambil menikmati pemandangan “
Gadis yang keduapun menimpali: “umurnya saja yang tua, jalan pikirannya masih seperti anak-anak”.
Gadis yang ketiga pun ikut menambahi: “ih, kalau aku jadi anak itu, aku pasti malu punya ayah seperti dia” Ungkapnya.
Gadis yang pertama menyindir: “Kasihan sekali anak ini, dia pasti kelelahan berjalan kaki, sementara Ayahnya enak-enakan menunggang keledai sambil menikmati pemandangan “
Gadis yang keduapun menimpali: “umurnya saja yang tua, jalan pikirannya masih seperti anak-anak”.
Gadis yang ketiga pun ikut menambahi: “ih, kalau aku jadi anak itu, aku pasti malu punya ayah seperti dia” Ungkapnya.
Mendengar perkataan ketiga gadis
tersebut, Sang ayahpun merasa terpojokkan, Ia lalu mengajak anaknya untuk
sama-sama menaiki keledai tersebut.
Kali ini mereka pikir takkan ada lagi
yang mencela mereka, Hingga mereka bertemu dengan seorang wanita,
Wanita tersebut berkata: “jahat sekali kalian! Tidak punya perasaan! Apa kalian tidak kasihan melihat keledai ini? Satu keledai kalian tunggangi bersama, Keterlaluan! Keledai jugakan makhluk Tuhan yang harus kita kasihani”. Katanya dengan nada memarahi.
Wanita tersebut berkata: “jahat sekali kalian! Tidak punya perasaan! Apa kalian tidak kasihan melihat keledai ini? Satu keledai kalian tunggangi bersama, Keterlaluan! Keledai jugakan makhluk Tuhan yang harus kita kasihani”. Katanya dengan nada memarahi.
Lalu, sang anakpun berkata kepada
ayahnya: “Ayah, kita turun saja dari keledai ini, lebih baik kita sama
berjalan kaki saja sampai kepasar, agar tak ada lagi orang yang protes”.
Usul anak tersebut. Ayahnyapun mengangguk tanda setuju dan Merekapun
melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki bersama.
Sesampainya dipasar, merekapun
menjual keledai tersebut. Ketika hendak membayar, Pembeli tersebut memandangi
mereka seraya berkata: “Dari mana asal kalian? Sepertinya kalian kelelahan
sekali”
Sang Ayah menjawab: “iya tuan,
kami berjalan kaki dari desa kepasar ini untuk menjual keledai”.
Kemudian pembeli itu berkata: “Aneh
sekali kalian ini, kaliankan mempunyai keledai yang sehat, kenapa tidak kalian
tunggangi saja, daripada capek-capek berjalan kaki!”
“Aaaaarrgh, Masih salah juga”
kata Sang ayah dalam hati.
HIKMAH:
Apapun yang kita lakukan, akan
selalu ada orang yang mengaggap itu salah dan benar! Benar menurut kita, Belum
tentu benar dimata orang lain. Sebaliknya, Salah dimata kita, Bisa jadi benar
dimata orang lain.
Sebenar apapun itu, akan selalu ada
yang menganggapnya salah, Sebaliknya, Jika perbuatan itu salah sekalipun, akan
selalu ada yang membenarkannya.
Ingatlah ! kita hidup didunia ini
bukan untuk memuaskan semua orang. Seperti
Tuhan, Ia tak selalu
mengabulkan Do’a hamba-Nya, misalnya pada satu tempat, ada hamba yang meminta
diturunkan hujan, sedangkan hamba yang lain meminta Hari yang cerah, apakah
lantas Tuhan akan menurunkan hujan sekaligus mencerahkan hari????
Jangan mau seperti balon, yang hidupnya
terjajah oleh angin. Hanya karna ia tidak punya pendirian yang kuat. Hidup ini
terlalu singkat jika kita hanya bergantung pada pendapat orang lain. Jika kita
hanya bergantung kepada orang lain, kapan kita akan menyadari kemampuan kita
sendiri?
Intinya adalah: Teguhkan pendirian ! Lakukanlah apa yang menurut anda benar, Lakukan apa saja yang membuat anda senang, selama itu tidak merugikan orang lain, dan tidak merugikan diri anda sendiri juga tentunya !
Intinya adalah: Teguhkan pendirian ! Lakukanlah apa yang menurut anda benar, Lakukan apa saja yang membuat anda senang, selama itu tidak merugikan orang lain, dan tidak merugikan diri anda sendiri juga tentunya !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar