1. Polisemi
(اشتراك
اللفظى).
Polisemi menunjukkan bahwa suatu kata
memiliki lebih dari satu makna. Misal, kata bisa yang berarti ‘dapat’
dan ‘racun’. Perhatikan contoh berikut:
1. Ular
berbisa.
2. Dia
tidak bisa datang.
Kata
bisa pada kedua contoh diatas dikatakan polisemi karna bermakna lebih dari
satu. Contoh lain: kata pukul bermakna: (1) jam (pukul tiga
mereka dating), (2) kegiatan memukul (pukul saja kalau berani).[1]
Secara etimologi kata polisemi
(Indonesia) diadopsi dari polysemy (Inggris), sementara Polysemy diambil
dari bahasa yunani: “poly” yang artinya banyak atau bermacam-macam, dan “semy”
yang berarti arti.
Sedangkan secara terminology,
polisemi menurut Palmer (1976 : 65) didalam pateda, menyebutkan: It is also
the case that same word may have a set of different meanings. Dalam kamus
besar Bahasa Indonesia disebutkan, Bahwa polisemi adalah: “Bentuk bahasa
(kata, frase dsb) yang mempunyai makna lebih dari satu.
Dalam kajian linguistik arab,
Taufiqurrochman menyebutkan dalam bukunya, Bahwa polisemi adalah:[2]
البوليسيمي:هو عبارة عن كلمة واحدةلها
اكثرمن معني
Polisemi(Ta’addud Al-Ma’na)
adalah sebuah kata yang maknanya lebih dari satu, sebagai akibat adanya lebih
dari sebuah komponen konsep makna pada kata tersebut. Misalnya, kata kepala yang
mengandung konsep makna, selain bermakna: (1) anggota tubuh manusia/hewan, juga
memiliki makna (2) pemimpin/ketua, (3) orang/jiwa dll.
Dalam bahasa arab, Polisemi disebut
juga اشتراك اللفظى / Isytirak
al-lafzi. Karena menurut Wafi, yang dimasud dengan اشتراك
اللفظى
adalah:
للكلمةالواحدةعدةمعان تطلق على كل
منها على طريق الحقيقةلاالمجاز
Artinya:
“satu kata mengandung beberapa arti yang masing-masingnya dapat dipakai
sebagai makna yang denotative (hakikat) dan bukan makna konotatif (majaz).
Kata “الخال” misalnya,
bisa berarti: paman, tahi lalat diwajah, awan dan onta yang gemuk.
Ya’qub mendefenisikan Musytarak yaitu:
“Setiap kata yang mengandung lebih dari dua makna, antara yang satu dengan yang
lain tidak ada persamaan”.[3]
Dalam bahasa arab, misalnya kata عين mengandung
beberapa komponen konsep makna, yakni mata/panca indera (عين
البصر),
sumur/mata air (البئر), mata-mata (الجاموس) ,bulatan matahari ( الشمشقرص).
Contoh lain, kata يد
yang juga
mengandung beberapa komponen konsep makna, Selain bermakna tangan/organ
tubuh (عضو) juga bermakna kekuasaan (قوة). Sebagaimana pada
Firma Allah Swt:
والسماء بنينها باءيد وانا لموسعون
“Dan langit
itu kami bangun dengan kekuasaan kami dan sesungguhnya kami benar-benar
berkuasa”.[4]
Adapun faktor-faktor penyebab
banyaknya polisemi dalam bahasa arab , dapat disebutkan sebagai berikut:
- 1. Lebih diakibatkan karena banyaknya macam-macam dialek dalam bahasa Arab, Sementara banyaknya dialek tersebut lebih dikarenakan oleh banyaknya kabilah dalam bangsa Arab.
- 2. Karena perkembangan fonem (bunyi) dalam Bahasa Arab, baik itu terjadi karena naqish (pengurangan), ziyadah (penambahan) maupun naql al-harfi (pergantian huruf).
- 3. Perubahan sebagian kata dari arti yang hakiki kepada arti yang metaforis, karna adanya keterkaitan arti dan seringnya dipakai arti metaforis tersebut menjadi kata hakiki.
- 4. Perubahan morfologi (tashrif) yang terjadi pada dua kata yang sama bentuknya. Dari bentuk tersebut timbul arti yang bermacam-macam karena perbedaan bentuk mashdar-nya.[5]
mungkin lebih baik jika di tambah pembahasan nya mengenai faktor" dan penyebab dari terjadinya mustarok lafdhi
BalasHapus